Tekad seorang bocah bernama Hafithar (8) membuat banyak orang terharu. Meski masih duduk di kelas 1 SD, ia menempuh perjalanan panjang setiap hari hanya untuk tetap bersekolah di SDN 4 Klender, Jakarta Timur.
Hafithar tak pernah sekalipun mengeluh, meski rutinitasnya jauh lebih berat dibanding anak-anak seusianya. Sejak pindah ke Tangerang, ia harus berangkat dari rumah kontrakannya ketika sebagian besar orang masih terlelap.
Perjalanan Seorang Pejuang Cilik
Kepala SDN 4 Klender, Dwiyanti Lestari, menjelaskan bahwa Hafithar adalah anak yatim. Ayahnya meninggal lima tahun lalu, dan sejak itu ia tinggal bersama ibunya di Kampung Sumur, Klender. Di tempat itulah ia mulai bersekolah sebelum akhirnya pindah karena ibunya mendapat pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di Tangerang.
Perpindahan itu membuat jarak ke sekolah bertambah jauh, namun semangat Hafithar sama sekali tidak surut. Ia bangun sebelum subuh, lalu berangkat sekitar pukul 03.45 WIB. Perjalanannya memakan waktu hingga dua jam lebih, dan ia tiba di sekolah antara pukul 06.00–07.00 WIB. Meski begitu, Dwiyanti menegaskan bahwa Hafithar hampir tidak pernah terlambat.
Dititipkan pada Petugas Stasiun
Agar aman, Hafithar dititipkan pada sejumlah petugas stasiun yang sudah mengenalnya. Setiap hari ia berjalan kaki menuju stasiun terdekat, lalu naik KRL, transit di Tanah Abang, melanjutkan kereta menuju Bekasi, turun di Stasiun Buaran, dan kemudian naik JakLingko menuju sekolah.
Rutinitas pulangnya tak kalah melelahkan. Dari sekolah ia berangkat pukul 10.00 WIB dan baru tiba di rumah sekitar pukul 12.00 WIB.
Tak Pernah Mengeluh
Menurut Dwiyanti, semangat Hafithar patut diacungi jempol. Tak sekalipun terdengar ia mengeluh, meski perjalanan itu jelas sangat menguras tenaga untuk anak seusianya.
“Dia anak yang kuat dan tidak pernah merungut. Padahal ritme perjalanannya cukup berat," ujarnya.
Kisah Hafithar menjadi cerminan betapa kuatnya tekad seorang anak kecil ketika ia benar-benar ingin terus belajar. Perjuangannya membuat banyak orang terinspirasi dan menyadari bahwa pendidikan memang layak diperjuangkan, seberat apa pun jalannya.
