Viral fenomena equinox yang akan terjadi hari ini 21 Maret 2024 di Indonesia, simak penjelasannya.
Berdasarkan video yang viral di media sosial X pada akun @zakiberkata, menyebutkan informasi mengenai fenomena equinox yang akan terjadi di Indonesia.
“2 hari menuju fenomena equinox. Gerak semu Matahari tepat di Khatulistiwa," unggahnya pada Senin (18/3/2024) lalu.
Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwi Rini Endra Sari mengonfirmasi bahwa fenomena eqiuinox akan terjadi di Indonesia pada Kamis, (21/3/2024).
Rini menegaskan bahwa fenomena equinox merupakan fenomena astronomi yang umum terjadi.
Equinox sendiri merupakan fenomena astronomi terkait posisi titik semu matahari yang melintasi equator.
Fenomena ini menyebabkan durasi siang dan malam hampir sama, yaitu sekitar 12 jam di atas wilayah masing-masing yang dilaluinya.
Selain itu, Rini menuturkan, fenomena ini bisa menyebabkan peningkatan suhu di Indonesia.
Namun, peningkatan itu tidak terlalu signifikan.
Dia juga memastikan bahwa fenomena equinox berbeda dengan gelombang panas, karena tidak mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis.
Menurutnya, fenomena equinox juga tidak berdampak pada musim di Indonesia.
Dampak Equinox
Menurut Nurul, seorang prakirawan cuaca BMKG, mengatakan bahwa fenomena equinox tidak serta merta menyebabkan peningkatan suhu di suatu wilayah.
Dia memastikan, Indonesia tidak akan mengalami perubahan suhu maksimum selama adanya fenomena ini.
Sebaliknya, peningkatan suhu atmosfer lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain, seperti radiasi matahari keseluruhan, pola sirkulasi atmosfer, dan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Sebagai contoh, apabila tutupan awan di suatu wilayah sangat sedikit, radiasi matahari yang mencapai Bumi dapat mencapai titik maksimum, sehingga menyebabkan peningkatan suhu.
Kelebihan gas-gas rumah kaca di atmosfer juga dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon yang berakibat pada semakin banyaknya sinar UV yang lolos dari atmosfer bumi dan mencapai permukaan.
Apa Itu Equinox?
Dilansir dari National Geographic, Equinox adalah satu-satunya waktu ketika Belahan Bumi Utara dan Selatan mengalami siang dan malam yang kurang lebih sama panjangnya.
Ini terjadi ketika sumbu Bumi tegak lurus terhadap garis imajiner yang ditarik antara Bumi dan Matahari.
Dengan mengamati matahari terbit secara sistematis, orang-orang menemukan bahwa matahari terbit terjadi di antara dua lokasi ekstrem di cakrawala dan akhirnya mencatat titik tengah di antara keduanya.
Kata "Equinox" berasal dari bahasa Latin aequus, yang berarti "sama", dan nox, yang berarti "malam".
Equinox merujuk kepada dua peristiwa astronomi yang terjadi dua kali setiap tahun, yaitu equinox musim semi dan equinox musim gugur.
1. Equinox Musim Semi
Equinox musim semi terjadi saat Matahari tepat berada di atas ekuator Bumi, yang menyebabkan hari dan malam memiliki durasi yang sama di semua lokasi di Bumi.
Equinox musim semi terjadi sekitar tanggal 20 atau 21 Maret setiap tahunnya di belahan bumi utara, dan sekitar tanggal 22 atau 23 September di belahan bumi selatan.
2. Equinox Musim Gugur
Equinox musim gugur terjadi ketika Matahari kembali melintasi ekuator Bumi dari utara ke selatan.
Hal ini juga mengakibatkan durasi hari dan malam yang sama di seluruh dunia.
Equinox musim gugur terjadi sekitar tanggal 22 atau 23 September di belahan bumi utara, dan sekitar tanggal 20 atau 21 Maret di belahan bumi selatan.
Equinox memiliki peran penting dalam penentuan awal musim semi dan musim gugur, dan sering kali dijadikan sebagai titik referensi dalam kalender astronomi.
Garis Lintang Tengah
Variasi musiman meningkat seiring dengan garis lintang.
Pembiasan atmosfer juga meningkatkan perbedaan panjang equinox siang dan malam.
Pada garis lintang sekitar 30 derajat, siang hari sekitar delapan menit lebih lama daripada malam hari.
Daerah Kutub
Pembiasan atmosfer paling dramatis terjadi di Kutub Utara dan Antartika, dengan siang hari yang memanjang sekitar 12 jam 16 menit.
Dengan cara ini, Equinox di daerah kutub menandakan perubahan yang lambat dari "matahari tengah malam" menjadi "malam kutub".
"Matahari tengah malam" menggambarkan fenomena di mana matahari tidak pernah berada di bawah cakrawala, membuat wilayah tersebut bermandikan cahaya matahari 24 jam sehari.
"Malam kutub" menggambarkan fenomena yang berlawanan, yaitu saat matahari tidak pernah terbit, membuat wilayah tersebut gelap selama 24 jam.