Notification

×

Iklan

Iklan

Singgah ke Cirebon saat Libur Lebaran, Jangan Lupa Cicip Tiga Kuliner Lezat dan Bersejarah Ini

April 19, 2024 Last Updated 2024-04-19T08:28:23Z


Cirebon menjadi kota yang dilintasi pemudik dalam setiap perjalanan dari Jakarta dan daerah sekitarnya menuju Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Kota ini pun menjadi daerah yang bisa disinggahi pemudik untuk beristirahat. Selain memiliki hotel dan penginapan yang bertebaran di banyak tempat, Cirebon juga memiliki sejumlah kuliner yang kaya dengan sejarah dan memiliki cita rasa yang lezat.


Berikut tiga kuliner Cirebon yang lezat dan punya sejarah.


1. Empal Gentong


Makanan ini mirip gulai karena berkuah santan. Uniknya, makanan ini dimasak menggunakan gentong yang terbuat dari tanah liat. Proses memasak yang menggunakan kayu bakar membuat pengolahan makanan yang berkuah santan kental dan berisi aneka daging dan jeroan sapi memakan waktu cukup lama, bisa sampai lima jam. Namun ini membuat aneka bumbu justru menyerap sempurna baik ke daging sapi maupun kuahnya.


“Hampir semua bumbu dapur masuk, kecuali terasi dan asam,” tutur Abdurahman, seorang penjual empal gentong. Ini yang membuat empal gentong memiliki cita rasa lezat dan nikmat yang khas.


Diperkirakan empal gentong muncul pada abad ke-15 dan dipercaya sebagai media penyebaran agama Islam di Cirebon. Dulunya, empal gentong menggunakan daging kerbau karena sapi dianggap hewan sakral untuk penganut agama Hindu yang dianut masyarakat Cirebon saat itu. Jika dilihat dari kuah yang mirip gulai, empal gentong merupakan makanan yang dipengaruhi oleh Arab dan India.


Kini, tidak hanya empal gentong, penjual pun membuat variasi empal asem, yaitu empal yang tidak bersantan, melainkan berkuah kaldu yang rasanya segar. Empal asem ini bisa menjadi pilihan pembeli yang tengah diet santan.


2. Nasi Jamblang


Nasi jamblang merupakan nasi yang dibungkus dengan daun jati. Ukurannyaa yang hanya segenggam tangan membuat pembeli seringkali membeli dua bungkus nasi untuk dimakan. Penggunaan daun jati dipercaya membuat nasi lebih pulen dan lebih awet.


Asneri, penjual nasi jamblang pelabuhan, sedang melayani tamu di warungnya, Jalan Pasuketan, Panjunan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Tempo/Francisca Christy Rosana


Nasi jamblang dilengkapi beragam lauk-pauk yang bisa dipilih sesuai dengan selera. Lauk itu antara lain tahu kulit kuah kecap yang rasanya khas, tempe goreng khas nasi jamblang yang dibuat dari tempe yang belum benar-benar matang, semur daging dan hati sapi, sate kentang, dan masih banyak lagi. Tak ketinggalan, ada sambal khasnya yang terbuat dari potongan cabai merah yang diiris tipis-tipis.


Keberadaan nasi jamblang bermula dari pembangunan pabrik gula Gempol dan pabrik spirtus di Palimanan di masa kolonial Belanda sekitar 1847. Pembangunan kedua pabrik itu mengerahkan tenaga kerja yang cukup banyak. Sebelum bekerja, mereka tentu membutuhkan makan. Namun untuk menemukan penjual nasi, mereka kesulitan, sebab saat itu ada anggapan menjual nasi merupakan sesuatu yang dilarang.


Ini yang mendorong H. Abdulatif dan istrinya, Tan Piaw Lun atau Mbah Pulung membuat makanan berupa nasi yang dibungkus daun jati bersama lauk pauknya. Nasi bungkus dengan beberapa lauk diberikan kepada pekerja sebagai bentuk sedekah. Namun kemudian pekerja-pekerja itu memberikan imbalan ala kadarnya kepada Mbah Pulung.


Sepiring masakan docang khas Cirebon yang dapat ditemui di Pasar Kanoman. Tempo/Francisca Christy Rosana


3. Docang


Docang merupakan makanan khas Cirebon yang terdiri dari irisan lontong yang diatasnya diberi daun singkong yang sudah direbus, tauge rebus, parutan kelapa dan diguyur kuah dage atau oncom. Kuah dage atau oncom juga memiliki aroma khas karena dicampur sedikit terasi. Sebagai pelengkap, di atasnya diberi taburan bawang goreng dan kerupuk khas docang.


Dulunya docang merupakan makanan racun. Konon, para wali yang tengah bermusyawarah di Cirebon disuguhi makanan ini yang sudah diberi racun. Tak disangka, mereka justru menyukainya dan tidak ada seorang pun yang mati keracunan saat itu.