Jakarta – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, film animasi bertema patriotik Merah Putih: One For All justru menjadi sorotan publik. Trailer yang dirilis belum lama ini menuai gelombang kritik dari warganet karena kualitas visual dan gerakan animasi dianggap jauh dari harapan.
Visual dan Animasi Jadi Sorotan Utama
Banyak komentar menyebut animasi dalam film ini terlihat kaku, minim detail bayangan, dan memiliki kualitas render yang belum maksimal. Tak sedikit yang membandingkannya dengan grafis gim konsol generasi lama, bahkan ada yang menyebutnya “mirip game PS2”.
Isu Dana Produksi
Film ini dilaporkan menelan anggaran sebesar Rp 6,7 miliar, namun diproduksi dalam waktu kurang dari satu bulan. Warganet mempertanyakan transparansi penggunaan dana, terlebih beredar dugaan bahwa sebagian aset visual yang digunakan berasal dari model siap pakai di platform luar negeri.
Kritik Tidak Hanya pada Visual
Selain kualitas grafis, audio dan dialog juga menjadi bahan pembicaraan. Sinkronisasi suara dengan gerakan bibir dinilai kurang tepat, dan ada spekulasi bahwa sebagian pengisi suara menggunakan teknologi AI. Cerita yang mengangkat tema pencarian bendera menjelang 17 Agustus dinilai terlalu sederhana dan klise untuk ukuran film layar lebar.
Tanggapan Produser
Menanggapi kritik yang membanjiri media sosial, produser Merah Putih: One For All, Toto Soegriwo, memilih bersikap santai. Melalui unggahan di Instagram, ia menulis: “Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Postingan kalian jadi viral kan?”
Tetap Tayang di Bioskop
Meski dibanjiri kritik, pihak produksi tetap menjadwalkan perilisan film ini di bioskop menjelang HUT RI. Beberapa pihak berharap kritik yang ada dapat menjadi masukan untuk peningkatan kualitas produksi animasi di Indonesia ke depan. [cg]