PT Astra Daihatsu Motor (ADM) menilai penurunan pasar Kendaraan Bermotor Roda Empat Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) atau Low Cost Green Car (LCGC) tahun ini bukan hanya dipicu oleh melambatnya daya beli.
Melainkan juga, menurunnya kemampuan bayar masyarakat kelas menengah ke bawah, dalam hal ini first car buyer, yang merupakan pasar utama perseroan dengan kontribusi yang kini masih mencapai 78 persen terhadap penjualan di Indonesia.
Demikian disampaikan Marketing Director and Corporate Communication Director ADM, Sri Agung Handayani, saat ditemui di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Rabu (17/9/2025).
"First car buyer sekarang belum memiliki kemampuan beli dan kemampuan bayar. Jadi, bukan hanya kemampuan beli (daya beli) saja, tetapi kemampuan bayar mereka atas cicilannya. Inilah yang menjadi challenge di segmen ini," kata dia.
Agung menjelaskan, berdasarkan data internal, kontribusi LCGC di Daihatsu pada Agustus 2025 turun 3,8 persen secara absolut dibanding periode yang sama tahun lalu.
Segmen low MPV juga terkoreksi 2,3 persen dan medium SUV minus 1,3 persen.
Sebaliknya, kendaraan komersial tumbuh 1,6 persen dan kini menyumbang 27,4 persen dari pasar otomotif nasional.
“Kenaikan di segmen komersial ini juga menarik, karena menunjukkan adanya indikasi perbaikan aktivitas ekonomi. Komersial sekarang kontribusinya dalam total market sudah 27,4 persen. Jadi, meski LCGC turun, ada sektor lain yang justru bergerak positif,” ujarnya.
Perlambatan LCGC juga terlihat pada data Gaikindo, di mana sepanjang Januari–Agustus 2025, penjualan LCGC hanya mencapai 81.256 unit dengan kontribusi 16,2 persen terhadap pasar nasional sebesar 500.951 unit.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, angkanya masih 120.145 unit dari total 560.552 unit atau 21,4 persen. Artinya, total pasar LCGC tahun ini turun tajam hingga 32,3 persen.
Kondisi ini menjadi sorotan karena untuk pertama kalinya sejak program LCGC diluncurkan pada 2013, kontribusinya anjlok di bawah 20 persen.
Fenomena ini juga selaras dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat berkurangnya populasi kelas menengah dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2019, populasi kelas menengah mencapai 57,33 juta orang, lalu turun menjadi 47,85 juta pada 2021.
Dampaknya, proporsi kelas menengah terhadap populasi nasional yang sempat 21,5 persen pada 2019, merosot menjadi hanya 17,1 persen pada 2024.
Meski demikian, Agung menepis anggapan bahwa pelemahan LCGC disebabkan oleh peralihan konsumen ke kendaraan listrik.
Menurutnya, tren elektrifikasi memang tumbuh, tetapi konsentrasinya masih terbatas di kota besar.
“Elektrifikasi sampai Agustus 2025 kurang lebih 20 persen, dengan porsi masing-masing 10 persen hybrid dan 10 persen baterai. Namun, 78 persen mobil listrik baterai ada di Jakarta dan sekitarnya, sementara 55 persen hybrid juga masih terkonsentrasi di area yang sama,” jelasnya.
Oleh karena itu, ia menilai penurunan LCGC lebih erat kaitannya dengan tantangan daya beli dan kemampuan bayar first car buyer ketimbang faktor elektrifikasi.
“Apa yang dilakukan Daihatsu? Kami tetap ingin membangun motorisasi, memberi kesempatan first car buyer, bukan saja di kota besar, tetapi di seluruh wilayah Indonesia,” kata Agung.
"Tetapi kami percaya bahwa pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik dan bisa kembali berjalan. Sebab, mobil adalah kebutuhan tersier. Apabila ekonomi semakin membaik, tentu kemampuan beli dan kemampuan bayar masyarakat juga akan tumbuh," ucap dia.
Sepanjang 2025, ADM merupakan pemimpin pasar LCGC lewat Daihatsu Sigra. Pada Agustus 2025 saja, total penjualan Sigra tercatat 2.377 unit, turun 19,4 persen dari bulan sebelumnya 2.951 unit.