Notification

×

Iklan

Iklan

Mengejutkan! Menteri Rosan Justru Ingin Jumlah UMKM Berkurang, Ini Alasannya

Agustus 21, 2025 Last Updated 2025-08-21T08:21:34Z


Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan P. Roeslani, menyampaikan pandangan mengejutkan terkait jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Ia justru berharap jumlah UMKM bisa berkurang. Namun, bukan karena ingin melemahkan sektor ini, melainkan agar pelaku UMKM naik kelas menjadi usaha kecil, menengah, hingga besar.


Menurut Rosan, saat ini Indonesia memiliki sekitar 65 juta UMKM yang menyerap 97% atau 117 juta tenaga kerja. Potensi tersebut sangat besar, tetapi ia menekankan pentingnya peningkatan skala usaha agar lebih kompetitif.


“Kalau angkanya makin berkurang, kami justru makin senang. Kenapa? Karena UMKM naik kelas jadi pengusaha kecil, lalu berkembang menjadi menengah, hingga akhirnya menjadi pengusaha besar,” jelas Rosan dalam Forum Peningkatan Kompetensi UMKM di Jakarta, Kamis (21/8/2025).


Rosan menambahkan, dengan adanya siklus usaha tersebut, perusahaan besar nantinya akan kembali mendukung UMKM dan usaha kecil lain dalam rantai ekonomi yang saling menguatkan.


Tantangan UMKM di Era Digital


Meski begitu, Rosan tidak menutup mata terhadap berbagai masalah yang dihadapi UMKM, mulai dari akses permodalan, keterbatasan teknologi, hingga kualitas sumber daya manusia. Di era digital, tantangan UMKM semakin kompleks, terutama dalam hal transformasi menuju bisnis berbasis teknologi.


“Ini menjadi pekerjaan rumah bersama yang harus kita selesaikan,” ujarnya.


Dukungan Pemerintah untuk UMKM


Sebagai bentuk dukungan, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM tengah menyiapkan sejumlah kebijakan, termasuk aturan baru yang mengakomodasi pelaku UMKM penyandang disabilitas. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan insentif fiskal bagi perusahaan besar yang mau bermitra dengan UMKM di Tanah Air.


Rosan menilai, produk-produk UMKM Indonesia sudah banyak yang berkualitas tinggi dan memiliki pasar khusus (niche market) di dunia internasional. “Banyak produk UMKM kita yang diekspor, kualitasnya luar biasa,” ungkapnya.


Transaksi Ekspor UMKM Tembus Rp1,46 Triliun


Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga mencatat hasil positif dari program UMKM Bisa Ekspor. Melalui business matching pada Januari—Juli 2025, nilai transaksi yang berhasil dikantongi mencapai US$90,04 juta atau sekitar Rp1,46 triliun (kurs Rp16.256 per dolar AS).


Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Fajarini Puntodewi, menjelaskan transaksi tersebut terdiri dari pesanan pembelian senilai US$55,09 juta dan potensi transaksi sebesar US$34,95 juta. “Untuk Januari—Juli 2025, total transaksi business matching dalam program UMKM Bisa Ekspor telah menembus US$90,04 juta,” ujarnya.


Dengan dukungan regulasi, kemitraan, dan peluang ekspor yang terus tumbuh, pemerintah berharap UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga naik kelas dan mampu bersaing di kancah global. [my]